Selama bertahun-tahun sudah terjadi lingkaran yang dikenal dengan ‘Lingkaran Peri’ yang ditemukan pada
padang rumput di Gurun Namibia, Afrika. Lingkaran peri juga bisa secara tiba-tiba menghilang lalu kembali muncul dari waktu ke waktu.
Melansir dari newscientist, perdebatan para ahli dengan hipotesis masing-masing menduga bahwa lingkaran peri itu disebabkan oleh semut atau rayap dari bawah tanah. Rayap disebut sedang membersihkan vegetasi di sekitar sarang mereka.
Teori lainnya menyebutkan bahwa
lingkaran misterius tersebut disebabkan oleh sengitnya persaingan rumput di bawah permukaan tanah untuk mendapatkan air. Persaingan ini dikarenakan pada kawasan gurun ini jarang hujan dan miskin nutrisi tanah. Akhirnya membuat rumput yang lemah mati sehingga menyebabkan adanya area yang tak berumput.
Teori persaingan air bisa menjelaskan pola regulernya dengan baik, namun belum terbukti dalam tes apapun, kata Corina Tarnita dari Princeton University.Sementara itu, teori rayap didukung oleh pengamatan sarang rayap, namun tidak bisa menjelaskan mengapa polanya begitu teratur.
“Masing-masing membawa apa yang menurut kami meyakinkan pendapat,” katanya.
Beberapa tahun lalu, ahli biologi Florida State University, Walter Tschinke menilai teori persaingan rumput merupakan teori yang terbaik. Dia menyakini teori ini mempertimbangkan semua karakteristik
lingkaran peri termasuk keberadaan spesies rumput tinggi.
Atas dasar teori rayap, Tarnita dan rekannya Rob Pringle menggunakan model komputer. Pertama, mereka menciptakan satu untuk menyelidiki bagaimana akhir rayap dengan jarak antara sarang mereka.
Saat rayap mencari makanan di daerah melingkar sekitar sarangnya. Ketika mereka bertemu dengan koloni rayap yang lebih kecil, mereka menghancurkannya dan mengambil alih wilayah tersebut.
Tetapi ketika dua koloni dengan ukuran yang sama berhadapan, keduanya tidak dapat mengatasi satu sama lain dan mereka membangun perbatasan.
Model ini menunjukkan bahwa kompetisi antara koloni rayap ini dapat menyebabkan pola sarang lebah biasa. Setiap keberadaan masing-masing koloni rayap ini dikelilingi oleh enam koloni tetangga. Serta lingkaran peri Namibia, Tarnita dan Pringle mengatakan bahwa pola ini dapat dilihat di koloni rayap di Arizona, Brasil, Kenya, Mozambik dan Australia.
Kedua pasangan ini kemudian bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika kompetisi tanaman untuk memperoleh air berlangsung. “Mengapa harus menjadi satu atau yang lain?” tanya Tarnita.
Hipotesis dari kedua pasangan menduga ada dua
pola lingkaran, pertama pola lingkaran hijau skala besar, dibuat oleh rayap, dan pola yang lebih kecil di vegetasi antara lingkaran dihasilkan dari persaingan air.
Tapi tidak semua orang yakin. Tahun lalu, Stephan Getzin di Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz di Leipzig, Jerman, melaporkan pola seperti lingkaran peri di pedalaman Australia seperti yang ditemukan di Namibia. Getzin menilai bahwa tidak ada rayap beberapa daerah di Namibia dan Australia di mana lingkaran ditemukan, dan di tempat lain tidak ada korelasi antara lingkaran dan rayap.
Lalu mengapa lingkaran ini tiba-tiba lenyap, para peneliti menilai
lingkaran peri hanya muncul di daerah di mana ada hujan dengan takaran tepat artinya tak banyak dan sedikit. Namun demikian, lingkaran ini kembali menutup jika terjadi curah hujan dengan intensitas besar dan sedikit.
sumber:erabaru.net